SMAN 1 Seputih Mataram Gelar P5 Dengan Tema Suara Demokrasi

Radarlamteng.com SEPUTIHMATARAM – Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan yang ada di lingkungan sekitar peserta didik.

P5 sendiri menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek yang berbeda dengan pembelajaran di kelas pada umumnya.

Semuanya itu adalah upaya untuk mewujudkan Pelajar Pancasila yang mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Pelaksanaan P5 kelas XI tahun pelajaran 2023 – 2024 tersebut pada Kamis (14/9/2023) bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) SMAN 1 Seputih Mataram, Lampung Tengah digelar Pemilihan Umum OSIS dalam rangka menerapkan Pembelajaran dan implementasi dari P5.

Kepala SMAN 1 Seputihmataram, Hj.Nurlina, S.Pd., M.M.Pd mengatakan para siswa dibekali berbagai pengetahuan tentang konsep Demokrasi, prinsip-prinsip demokrasi, dan cara berdemokrasi yang baik sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat.

Adapun model pembelajaran yang diterapkan pada kegiatan P5 ini adalah model pembelajaran berbasis projek, berbasis masalah, tutor sebaya, dan pemodelan dengan metode diskusi, tanya jawab, dan bermain peran.

“Puncak kegiatannya adalah Pemilihan Umum Ketua Osis secara langsung dengan jumlah tiga calon. Tiap calon memaparkan visi dan misinya, dan digelar debat terbuka,” ujar Nurlina.

Dikatakannya, pemilihan umum ketua OSIS ini adalah sebagai sebuah ikhtiar, yang di dalamnya mengandung maksud dan tujuan tertentu dalam projek P5 serta memberikan atau menanamkan nilai-nilai atau dimensi yang ada di profil pelajar Pancasila.

Selain itu, dimensi yang diambil dalam projek suara Demokrasi ini adalah integritas yakni akhlak yang dimiliki siswa dalam menjalankan pesta demokrasi yang jujur, sportif, kebhinekaan global yang artinya bisa menghadapi berbagai perbedaan yang ada dalam pesta demokrasi, gotong royong, bernalar kritis dan kreatif.

“Kegiatan ini kita mengadopsi Pilpres, jadi tahapan prosesi pemilihan presiden kita adopsi, mulai dari timses setiap paslon lalu debat calon yang di hadirkan panelis, serta pelaksanaan TPS-TPS yang melibatkan seluruh kelas dengan kreativitas yang mereka miliki kita miripkan dengan konsep pemilu yang asli,” Imbuhnya. (bil)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *