RADARLAMTENG.COM, BANDARLAMPUNG – Saya agak kebingungan saat Dr Unang menawarkan pertemuan khusus yang diinisiasi oleh Lembaga Risetnya Edelweis. Pertemuan itu singkat sekali menurut saya. Doktor lulusan dari United Kingdom ini punya banyak pesan. Sederhana . Karena terlalu lama bermukim di Luar Negeri beliau kesulitan untuk menerjemahkan pranata-pranata sosial yang ada. Tentu ada perbedaan tapi itu menurut saya lumrah. Frekuensi yang sama mempertemukan kami. Sembari ngopi di Warkop WaW kami membicarakan suatu hal yang menurut saya sangat besar. Apa itu? ya, Kolaborasi.
Bagi saya yang sudah lama sekali tidak bergelut dengan hal ini jadi agak bingung. Sakit yang saya derita membuat saya banyak kehilangan link. Semangat yang ditunjukkan Prof Unang menjadi hal lain buat saya. Energi baru. Ini seperti mie pake telor dobel, kemudian minumnya ekspreso. Wah mantap kali.
Pria lulusan Brawijaya yang sekarang jadi staf pengajar di Universitas Lampung ini punya banyak sekali sekali energi. Tidak hanya itu link saat dia menimba ilmu di United Kingdompun tak terkira. Beruntung Universitas Lampung memiliki sumber daya seperti ini. Tinggal bagaimana memolesnya saja.
Unang merupakan sosok yang sangat bersahaja. Mimpinya sederhana hanya ingin membumikan proses diskusi untuk menambah keilmuan semua orang. Proses yang sangat cocok dengan bahasa warung kopi kemudian dikemas dalam dunia akademisi. “Masuk Pak Eko” mengikuti jargon yang sekarang lagi terkenal.
Dari pertemuan itu maka terjadilah moment seperti sekarang ini. Momen yang selalu diucapkannya dan di risetnya yakni kolaborasi.
Menurut dia ada kekuatan maha penting yang perlu digagas yakni kolaborasi multi disiplin ilmu. Ini yang perlu dikencangkan jika ingin semua berkembang maju.
Tentu tak mudah. Secara teori iya tapi prakteknya, ruar biasa. Ego sektoral akan muncul.
Warkop WaW yang saya rintis dibangun untuk menjembatani itu. Warkop sebagai media komunikasi dua arah secara riil.
Momen dibangunnya kolaborasi ini menjadi indah saat pertemuan 5 Desember di wujudkan. Prof Unang dan rekannnya Dr Megan, Mas Brian, Mbak Rara, Cak Gatot dan Om Yayan berkolaborasi membicarakan hal penting. Kampanye lingkungan by koloborasi.
Tentu media yang digunakan banyak. Tidak hanya media konvensional seperti koran, televisi, radio dan portal berita tapi lebih dari itu pemanfaatan sosial media, komunitas dan korporasi serta akademisi jadi begitu luar biasa. Di tanggal itu Prof Unang sudah melihat hasilnya dan menarik. Ada seniman, ada pegiat lingkungan, akademisi, praktisi, korporat, mahasiswa, pemusik, media massa, semua jadi satu.
Ini indahnya Kolaborasi.
(catatan Ismail Komar)