Interaksi seseorang dengan orang lain dalam kegiatan sehari-hari tidak bisa tidak melibatkan komunikasi. Itulah makanya dalam ilmu komunikasi dikenal adagium we cannot not communicate, kita sebagai mahluk sosial tidak dapat tidak berkomunikasi. Dalam proses komunikasi itu, kedua belah pihak, baik komunikator maupun komunikan saling mempertukarkan pesan dalam berbagai bentuknya. Pesan yang disampaikan itu berupa bahasa dan simbol-simbol verbal maupun nonverbal.
Penerimaan (resepsi) dan pemaknaan pesan-pesan itu berbeda-beda antar satu individu dengan lainnya bergantung pada konteks ruang dan waktu serta pengalaman-pengalaman individu yang bersangkutan. Menurut teori resepsi, setiap pesan itu selalu terbuka untuk dimaknai berdasarkan konteks dan budaya atau latar belakang penerimanya. Pesan itu bersifat polisemik atau memiliki banyak makna. Dalam bahasa, dikenal istilah makna denotatif, yakni makna dasar yang sebagaimana adanya atau yang tersebut dalam suatu kata atau kalimat, dan makna konotatif, yakni makna lain di luar arti yang tersebut atau terkandung. Makna konotatif ini berkaitan dengan nilai rasa, baik nilai rasa tinggi maupun rendah.
Itu pula yang terkandung dalam kegiatan silaturahim dan sharing Komunikasi-Motivasi yang dilakukan Mas Aqua Dwipaya. Motivator kondang yang meraih doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Padjadjaran Bandung, Jawa Barat itu, selalu berusaha berbagi kebahagiaan dalam menebar jejaring silaturahim dan membangkitkan motivasi bagi banyak orang. Salah satunya yang gencar dilakukan dalam tiga tahun terakhir ini ialah gerakan memberikan hadiah memberangkatkan umrah gratis dalam wadah jamaah The Power of Silaturahim (POS). Pesertanya dari berbagai kalangan, yakni guru SD, tukang becak, pegiat sosial, aktivis lingkungan, pegawai pemerintah, karyawan swasta, dan prajurit TNI/Polri.
POS I pada 8-16 Januari 2017 pesertanya 34 orang, sedangkan POS II 18-26 April 2018 ada 35 orang. Insya ALLAH POS III 2019 anggota jamaahnya berjumlah 50 orang.
Paradoks Dua Kelompok
Dari kacamata ilmu komunikasi, gerakan umrah POS yang digagas dan didanai oleh Mas Aqua dari hasil penjualan buku The Power of Silaturahim, honor sebagai motivator, dan dukungan teman-teman jejaringnya itu dapat dipandang sebagai pesan dengan sejuta makna. Kategori pemaknaannya bisa bernada pro atau kontra, negatif atau positif.
Terlepas dari dua kutub pemaknaan itu, Mas Aqua terus saja mengkampanyekan gerakan umrah tersebut saat keliling silaturahim dan sharing Komunikasi-Motivasi di berbagai tempat di seluruh Indonesia maupun manca negara. Secara pribadi, ayah satu putri dan putra itu mengatakan melakukan hal itu sebagai wujud dia dan keluarganya berbagi kebahagiaan dengan banyak orang, terutama yang kurang beruntung. Sebagai motivator, beliau tampak ingin juga menunjukkan kepada seluruh jejaring silaturahimnya, bahwa memotivasi masyarakat tidaklah cukup hanya dengan persuasi yang dikemas sebatas panggung retorika. Harus ada contoh nyata yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara tidak langsung, Mas Aqua tampak pula ingin menyampaikan pesan kepada orang-orang yang tengah menikmati posisi di atas, baik di kalangan korporasi maupun jajaran eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pesannya ialah jangan meremehkan dan menganggap rendah orang lain hanya karena status sosial-ekonominya. Mas Aqua yang berangkat dari pegawai paruh kerja (freelance) dan karyawan biasa, belakangan malah seringkali menjadi “malaikat” penolong banyak orang.
Termasuk yang banyak mendapatkan bantuan dan manfaat dari kiprah Mas Aqua ialah ialah bekas karyawan atau pensiunan pegawai perusahaan tempat motivator kondang itu pernah bekerja, baik yang dikenalnya maupun tidak dikenalnya. Beliau juga sekaligus ingin membesarkan orang-orang yang kini pada posisi sebagai karyawan atau bawahan sebagaimana dirinya dulu pada 1988 hingga keluar dari PT Semen Cibinong (kini Holcim) pada September 2005 untuk bersolo karier atau berwirausaha.
Yang menarik ialah, munculnya penerimaan dan pemaknaan berbeda terhadap gerakan sosial yang dilakukan Mas Aqua. Termasuk, umrah gratis POS I, II, dan III bagi kalangan yang secara hitungan-hitungan ekonomi manusia sangat kecil probabilitas atau peluangnya bisa berangkat ke Tanah Suci itu. Secara garis besar, ada dua kelompok dalam memaknai kiprah sosial Mas Aqua itu. Dua-duanya sama-sama memaknai sebagai peluang untuk berbuat baik kepada sesama, namun dengan perspektif atau sudut pandang yang berbeda.
Kelompok pertama memaknainya sebagai kesempatan untuk turut ambil bagian dan bersinergi menyukseskan kegiatan sosial itu. Itulah yang dilakukan, misalnya oleh Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Dan Seskoad) Mayjen TNI Kurnia Dewantara yang memfasilitasi penginapan jamaah dari berbagai daerah saat transit di Jakarta sebelum berangkat ke Tanah Suci. Juga Sekjen Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Letjen TNI Doni Monardo yang menjamu makan siang dan memotivasi para jamaah.
Ada pula pengusaha properti Ventje Suardana turut berpartisipasi “menitipkan” dana dan kebutuhan multivitamin yang dipesan khusus bagi para jamaah. Beliau juga hadir di malam silaturahim dan keakraban yang untuk pertama kali para jamaah saling bertemu dan berkenalan di Mess Seskoad di kawasan Matraman, Jakarta Timur, pada 16 April 2018.
Biro Penyelenggara Haji dan Umrah NRA juga seolah tidak mau kalah. Pemilik NRA Irmawati Mochtar memerintahkan jajarannya untuk memberikan layanan premium, baik saat di Tanah Air maupun di Tanah Suci. Termasuk, penginapan di Zamzam Tower di dekat Ka’bah.
Kelompok kedua ialah yang memaknainya sebagai peluang untuk menumpang berbuat baik. Mereka ini bersemangat menitipkan calon-calon yang direkomendasikan untuk turut dalam rombongan umrah POS I, II, dan III. Yang “unik”, banyak di antara mereka sejatinya punya kapasitas untuk memberangkatkan (membiayai) calon yang mereka usulkan. Tetapi, tampaknya mereka kurang atau tidak tergerak hatinya membiayai sendiri calon anggota jamaah yang diusulkannya itu. Terkesan, mereka hanya ingin “menumpang” kebaikan atau malah “numpang tenar” dari kegiatan yang dilakukan Mas Aqua. (Habis).
*Penulis adalah Nurcholis MA Basyari, wartawan senior, Ketua rombongan umrah The Power of Silaturahim I dan II, serta Ketua tim juri lomba karya tulis Cowas JP.