Petani Keluhkan BBM Jenis Solar, Ketua DPRD Lamteng akan Panggil Pemilik SPBU

Radarlamteng.com, TRIMURJO – Ketua DPRD Lampung Tengah (Lamteng) Sumarsono menegaskan akan memanggil pemilik SPBU di Kecamatan Trimurjo. Ini terkait adanya keluhan petani soal sulitnya mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar untuk mengoperasikan alat mesin pertanian (alsintan).

“Tadi petani pada mengeluh karena sulitnya mereka mendapatkan BBM jenis solar untuk mengoprasikan alatnya. Sesuatu yang mustahil bila mereka membawa alat pertanian ke SPBU. Artinya nanti kami akan memanggil pengelola SPBU ke DPRD untuk memfasilitasi keinginan dari para petani ini,” kata Sumarsono saat mendampingi tim Kementerian Pertanian memantau harga gabah di Kecamatan Trimurjo, (17/3/2021).

Diharapkan nantinya kepala kampung dan camat untuk dapat memberikan rekomedasi kepada para pemilik alat pertanian pada saat pengoperasian dibolehkan membawa derigen saat membeli BBM

“Saya tidak mau juga dibohongi oleh mereka yang memanfaatkan. Dan saya minta tolong dengan pak lurah dan pak camat untuk tidak menyalahgunakan ini, agar tidak dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” katanya

Pada kesempatan itu juga, Politisi Partai PDI Perjuangan ini menanggapi terkait adanya wacana impor beras yang akan dilakukan oleh Pemerintah. “Impor itu kan masih wacana, tadi dari Direktur Perlindungan Pangan dan Holtikultura termasuk Bulog, Dinas Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian langsung datang untuk melakukan investigasi terkait harga gabah,” terangnya.

Menurut keterangan Dinas Pertanian, kata Marsono, Lampung Tengah memiliki estimasi panen mencapai 30 ribu hektare. Bila estimasi produksi minimal 5 ton per hektare maka Lampung Tengah akan memiliki padi sebanyak 150 ribu ton dan bila dikonfersi menjadi beras maka akan menjadi beras kurang lebih 90.000 ton beras.

“Dan tadi untuk mengantisipasi jatuhnya harga, juga tadi difasilitasi oleh bulog bagaimana bulog untuk bisa menampung ini semua. Dan mitra-mitra bulog juga, karena banyaknya padi sehingga harga bisa ditekan oleh mereka maka kita minta ini protek. Sehingga harga yang ditentukan oleh pemerintah senilai Rp. 4.200 dengan kadar air 25% itu bisa dicapai,” ungkapya

Dirinya berharap, harga gabah di tingkat petani sesuai dengan harga penetapan pemerintah senilai Rp4.200. Namun bila dikering giling atau kering gudang bisa mencapai Rp.5.300. “Biar nanti petani yang memilih yang mana, mau dijemur sehingga mencapai harga Rp. 5.300 atau mau dijual langsung dengan harga Rp. 4.200,” jelasnya

Marsono juga berpesan kepada seluruh petani agar tidak patah semangat, bila gagal berarti bukan rezky dan saat sukses berarti anugerah bagi petani. “Petani ini sangat hebat, di saat pandemi petani yang menjadi jagoan, saat krisis moneter lagi-lagi petani yang menjadi jagoan, jadi intinya jangan putus asa,” pungkasnya. (cw29/rid)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *