Revitalisasi Berlanjut, Ini Curhatan Pedagang Pasar Gaya Baru

Radarlamteng.com, SEPUTIHSURABAYA – Sejumlah pedagang Pasar Gaya Baru Kecamatan Seputihsurabaya buka suara. Ini terkait rencana kelanjutan revitalisasi oleh Pemkab Lampung Tengah (Lamteng) tahun ini.

Menurut sejumlah pedagang di pasar milik pemda tersebut, berlanjutnya revitalisasi pasar sangat didukung. Namun, pinta mereka, aturan harus tetap dikedepankan.

Acong (38) seorang pedagang yang sudah 10 tahun lebih berjualan di pasar ini mengaku belum ada sosialisasi dari pihak terkait dalam melanjutkan pembangunan.

Namun, dia bersama pedagang lain telah mendengar informasi bahwa pembangunan pasar dilakukan pihak ketiga. Artinya, dia dan pedagang lain akan dikenakan biaya untuk membeli kios ketika sudah jadi nanti.

“Nah yang memberatakan tentu kami harus menebus harga kios. Kalau memang seperti itu, kami khawatir ada pedagang yang memang sudah lama berjualan di sini tidak mampu membeli. Akhirnya dikuasai oleh orang luar yang punya duit,” kata Acong diamini pedagang lainnya, Riawati dan Fitri, Kamis (20/2/2020).

Fatimah (29) yang juga pedagang di pasar setempat menjelaskan, jika pedagang harus menebus kios artinya tidak sesuai dengan janji pemerintah pada pembangunan awal.

Pasalnya, pada 2017 lalu saat pertama kali pasar mulai direvitalisasi, sudah diminta Rp1 juta per pedagang. Kemudian, kalau pasar sudah jadi pedagang bisa langsung menempati.

“Dulu sudah disuruh bayar Rp 1 juta setiap pedagang. Katanya untuk membangun TPS di teriminal itu. Saat itu jumlahnya sekitar 250 pedagang. Artinya ada uang Rp250 juta hanya untuk bangun TPS,” katanya.

Alih-alih pasar bisa menempati, malah sampai saat ini tak kunjung selesai. Bahkan seperti terbengkalai.

“Nah tahun ini mau dilanjutkan. Tapi nanti kami suruh bayar kalau mau nempati. Lantas kami punya pertanyaan, ke mana dana yang ditarik petugas setiap hari dari kami?,” ucapnya.

Pedagang berharap pihak pemerintah dan pengembang pasar yang akan mengerjakan proyek bisa melakukan sosialisasi kepada seluruh pedagang.

“Jangan hanya satu dua orang pedagang saja yang diajak negosiasi. Tapi semua pedagang harus dilibatkan,” pinta Adi yang juga pedagang setempat. (red/cw4/rid)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *